Minggu, 01 Desember 2013

SEKILAS JEJAK SYAIKH ABDULOH SELOMANIK

Haul Syeikh Abdulloh Selomanik selalu menjadi perhatian publik baik oleh penduduk lokal atau penduduk setempat maupun orang orang yang datang berziarah yang berasal dari luar daerah.
Adalah Syeikh Abdulloh Selomanik sosok yang merupakan keturunan Raja Brawijaya v dari Kerajaan Majapahit.Beliau adalah putra Raden Bintoro I yang berjuluk Raden Lembu Peteng(Kyai Tarup).Dan masyarakat lebih mengenalnya sebagai penyebar Agama Islam di Dataran Tinggi Dieng.
Hal menarik dari Maqam Syeikh Abduloh Selomanik adalah keberadaannya yang terletak di sebuah bukit kecil tepatnya di Desa Kalilembu.Sebuah bukit kecil yang strategis menjadi titik pandang sehingga gunung perahu,sindoro,sikendil dan pegunungan Dieng lainnya bisa tertangkap pandangan mata secara luas namun eksotis.
Selangkah menyusuri perkampungan kecil yang dihuni kurang dari 300 kepala keluarga,dengan rumah rumah warga yang nyaris berhimpitan namun memiliki banyak generasi Penghafal Alquran di kalangan remaja putri atau yang disebut Hafidhoh.
Yah...Desa Kalilembu. Kurang lebih 2km ke timur dari arah Dieng,desa berhawa dingin ini memiliki potensi yang patut diperhitungkan kususnya di bidang kePesantren an yang mendominasi kalangan remajanya sampai saat ini.Karena setiap anak yang sudah lulus SekolahDasar sangat diharuskan oleh orang tuanya untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke Pondok Pesantren Salaf baik di Jawatengah ataupun di Jawatimur.Dan sedikit sekali yang meneruskan ke SLTA atau ke Perguruan tinggi.
Meskipun banyak alumnus Pondok Pesantren dengan latar belakang pesantren yang berbeda beda persatuan diantara mereka tetap kokoh dengan hanya mendirikan satu Pondok Pesantren saja di Desanya.Padahal rata rata dari mereka saat mondok tidak kurang dari sembilan tahun bahkan ada yang sampai 12 tahun.
Tak hanya itu,Kalilembu untuk saat ini masih memjadi primadona sebagai desa terbaik di bidang pengelolaan zakat.Yang pada setiap akhir tahunnya mencapai 100juta lebih.Untuk tahun ini saja zakat terkumpul sejumlah 126juta lebih.Padahal jumlah Muzakki hanya sekitar 28%.
Sungguh angka yang fantastis untuk kelas
desa yang hanya terdiri dari 276 kepala keluarga.
Lebih dari itu desa yang tengah giat merampungkan pembangunan Masjid dengan anggaran lebih dari 5milyar ini tak lupur dari incaran Televisi Nasional yang tertarik untuk meliput dan menyoroti Seni dan Budaya penduduk setempat.Dikabarkan bahwa kru dan tim wartawam yang terjun ke lokasi peliputan sangat merasa dihormati dan dihargai oleh warga desa setempat.Sehingga mereka menjadi seperti sesama saudara.
Hal seperti ini bisa dijadikan tolok ukur bahwa perjuangan Syeikh Abduloh Selomanik sangat membekas sekaligus turun temurun mewarisi jiwa religi bagi masyarakat Desa Kalilembu.
Secara empiris Kali lembu telah memberikan warna baru yang berbeda di Dataran Tinggi Dieng.Ditengah bergejolaknya generasi remaja terhasut oleh budaya barat yang kian menggerus Budaya dan adat ketimuran.
Juga banyaknya alumnus pesantren merupakan bukti real bahwa eksistensi Syeikh Abduloh Selomanik telah menghujamkan ajaran Islam yang kokoh di kalangan masyarakat Dataran Tinggi Dieng kususnya Kalilembu.Padahal wilayah Dieng pada mulanya merupa Haul Syeikh Abdulloh Selomanik selalu menjadi perhatian publik baik oleh penduduk lokal atau penduduk setempat maupun orang orang yang datang berziarah yang berasal dari luar daerah.
Adalah Syeikh Abdulloh Selomanik sosok yang merupakan keturunan Raja Brawijaya v dari Kerajaan Majapahit.Beliau adalah putra Raden Bintoro I yang berjuluk Raden Lembu Peteng(Kyai Tarup).Dan masyarakat lebih mengenalnya sebagai penyebar Agama Islam di Dataran Tinggi Dieng.
Hal menarik dari Maqam Syeikh Abduloh Selomanik adalah keberadaannya yang terletak di sebuah bukit kecil tepatnya di Desa Kalilembu.Sebuah bukit kecil yang strategis menjadi titik pandang sehingga gunung perahu,sindoro,sikendil dan pegunungan Dieng lainnya bisa tertangkap pandangan mata secara luas namun eksotis.
Selangkah menyusuri perkampungan kecil yang dihuni kurang dari 300 kepala keluarga,dengan rumah rumah warga yang nyaris berhimpitan namun memiliki banyak generasi Penghafal Alquran di kalangan remaja putri atau yang disebut Hafidhoh.
Yah...Desa Kalilembu. Kurang lebih 2km ke timur dari arah Dieng,desa berhawa dingin ini memiliki potensi yang patut diperhitungkan kususnya di bidang kePesantren an yang mendominasi kalangan remajanya sampai saat ini.Karena setiap anak yang sudah lulus SekolahDasar sangat diharuskan oleh orang tuanya untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke Pondok Pesantren Salaf baik di Jawatengah ataupun di Jawatimur.Dan sedikit sekali yang meneruskan ke SLTA atau ke Perguruan tinggi.
Meskipun banyak alumnus Pondok Pesantren dengan latar belakang pesantren yang berbeda beda persatuan diantara mereka tetap kokoh dengan hanya mendirikan satu Pondok Pesantren saja di Desanya.Padahal rata rata dari mereka saat mondok tidak kurang dari sembilan tahun bahkan ada yang sampai 12 tahun.
Tak hanya itu,Kalilembu untuk saat ini masih memjadi primadona sebagai desa terbaik di bidang pengelolaan zakat.Yang pada setiap akhir tahunnya mencapai 100juta lebih.Untuk tahun ini saja zakat terkumpul sejumlah 126juta lebih.Padahal jumlah Muzakki hanya sekitar 28%.
Sungguh angka yang fantastis untuk kelas
desa yang hanya terdiri dari 276 kepala keluarga.
Lebih dari itu desa yang tengah giat merampungkan pembangunan Masjid dengan anggaran lebih dari 5milyar ini tak lupur dari incaran Televisi Nasional yang tertarik untuk meliput dan menyoroti Seni dan Budaya penduduk setempat.Dikabarkan bahwa kru dan tim wartawam yang terjun ke lokasi peliputan sangat merasa dihormati dan dihargai oleh warga desa setempat.Sehingga mereka menjadi seperti sesama saudara.
Hal seperti ini bisa dijadikan tolok ukur bahwa perjuangan Syeikh Abduloh Selomanik sangat membekas sekaligus turun temurun mewarisi jiwa religi bagi masyarakat Desa Kalilembu.
Secara empiris Kali lembu telah memberikan warna baru yang berbeda di Dataran Tinggi Dieng.Ditengah bergejolaknya generasi remaja terhasut oleh budaya barat yang kian menggerus Budaya dan adat ketimuran.
Juga banyaknya alumnus pesantren merupakan bukti real bahwa eksistensi Syeikh Abduloh Selomanik telah menghujamkan ajaran Islam yang kokoh di kalangan masyarakat Dataran Tinggi Dieng kususnya Kalilembu.Padahal wilayah Dieng pada mulanya merupakan daerah kekuasaan Mataram kuno yg diperkirakan berdiri pada abad ke_8 dengan latar belakang keagamaan yang berbeda yaitu Hindu dan Buddha.Di bawah kekuasaan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendraa.
Disinilah bukti ke emasan para mujahid dalam menyebarkan agama Islam di lembah Dieng meskipun harus berhadapan dengan kekuasaan Hindu yang pada saat itu merupakan kendala berat bagi para Kekasih Alloh SWT.


WALLOOHU ALAM BISHOWAAB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar